Komoditas Pangan dan Tarif Transportasi Dongkrak Inflasi Yogyakarta

27-05-2019 / KOMISI XI
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Marwan Cik Asan Foto : Oji/mr

 

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Marwan Cik Asan mengatakan, salah satu penyebab inflasi cukup tinggi antara lain kenaikan harga tiket pesawat. Ia menilai holding time (waktu tunggu) penerbangan di Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta cukup lama. Hal seperti ini cukup menguras bahan bakar avtur dan membuat biaya semakin mahal bagi dunia penerbangan. Tentunya akan dikompensasikan kepada harga tiket pesawat yang mahal dan menimbulkan inflasi.

 

“Buktinya kita alami sendiri sekitar 30 menit berputar-putar di atas sebelum bisa mendarat (di Bandara Adi Soetjipto Yogyakarta), bahkan ada kasus yang sampai dua jam,” tukas Marwan di sela-sela mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XI DPR RI dalam rangka memantau inflasi di DI Yogyakarta, Kamis (23/5/2019).

 

Marwan juga menjelaskan, solusi kepadatan penerbangan di DI Yogyakarta diatasi dengan segera dibukanya New Yogyakarta International Aiport (NYIA) sebagai bandara baru. Harapannya dengan pengoperasian NYIA, maka ke depan tidak ada lagi pesawat menunggu lama untuk mendarat, sehingga mengurangi biaya operasional dan menurunkan tarif tiket.

 

“Kami berharap kondisi inflasi Yogyakarta bisa lebih terkendali. Tak kalah penting adalah kebutuhan pokok masyarakat menyambut perayaan Idul Fitri terpenuhi dengan baik," pinta politisi Partai Demokrat itu.

 

Menurutnya, dari hasil penelitian Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Yogyakarta antara lain Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI) maupun Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta terlihat bahwa inflasi yang terjadi di Yogyakarta masih relatif baik dan terkendali pada kisaran angka yang masih dalam range target nasional.

 

“Ke depan, Yogyakarta ini punya pergeseran dari daerah produsen kebutuhan pokok seperti beras, bawang merah dan lainnya menurut analisa BI akan menjadi daerah konsumen. Karena hampir 200 Ha setiap tahun lahan pertanian di wilayah DI Yogyakarta berubah fungsi menjadi pemukiman," tandas Marwan mengingatkan.

 

Politisi dapil Lampung II itu menambahkan, perubahan pola ini jika tidak diantisipasi dengan baik oleh Pemprov dibantu oleh BI dan instansi terkait akan menjadi potensi masalah. Terutama ketersediaan kebutuhan masyarakat yang berdampak pada tingginya inflasi.

 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia DI Yogyakarta Hilman Tisnawan menjelaskan Yogyakarta ke depan harus meningkatkan industri kreatif, karena dari sisi wilayah yang terbatas tidak memungkinkan menjadi daerah produsen pangan. “Berkurangnya lahan pertanian tiap tahun mencapai 200 Ha harus terus diantisipasi dengan mendorong pertumbuhan industri kreatif sebagai penopang dunia wisata Yogyakarta,” paparnya. (oji/sf)

BERITA TERKAIT
Lonjakan Kenaikan PBB-P2 Dampak Pemangkasan DAU dan Tuntutan Kemandirian Fiskal
18-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi XI DPR RI Amin Ak menyoroti lonjakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)...
Pidato Ambisius Presiden Harus Menjadi Nyata, Realistis, Terukur, dan Berpihak kepada Rakyat Kecil
18-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Hanif Dhakiri mengatakan, pihaknya mendukung penuh target ekonomi Presiden Prabowo 2026...
Ekonomi Global Tak Menentu, Muhidin Optimistis Indonesia Kuat
15-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Makassar - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa ketidakpastian ekonomi global yang utamanya dipicu konflik di berbagai belahan dunia,...
BI Harus Gencar Sosialisasi Payment ID Demi Hindari Misinformasi Publik
14-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Balikpapan — Peluncuran Payment ID sebagai identitas tunggal transaksi digital terus disorot. Meskipun batal diluncurkan pada 17 Agustus 2025...